23 Oktober 2007

Jakarta - Jogja, Menguji ketangguhan dan Keiritan Honda Vario

Parkir di depan Hotel

Menguji Ketangguhan dan Keiritan Honda Vario

Dari mulai beli di awal November 2006 sampe sekarang, buat melaju di dalam kota si Vario terasa mumpuni, disamping tampil elegan jadi pusat perhatian. Sebulan Vario ditangan, langsung coba uji nyali berangkat ke Bandung, dikomparasikan dengan Honda Supra X 125, buat membandingkan seberapa jauh keiritan dan ketangguhan Vario dibanding motor-motor Honda lainnya, reviewnya sudah saya kemukakan lengkap (http://www.varioclub.com/forum/viewtopic.php?t=139). Selepas beberapa touring ke lokasi-lokasi yang tidak terlalu jauh dengan teman-teman di HVC, tangan terasa gatel buat ngebejeg gas Vario menyambangi Jogja. Gayung bersambut, beberapa kawan dari club Supra X 125 langsung setuju buat menyusun rencana keberangkatan ke Jogja, mantafnya lagi komparasi perjalanan bukan hanya antara Vario dan Supra X 125 saja, tapi juga dengan Honda Tiger Revo milik salah satu rekan HSX 125 Community. Keberangkatan ke Jogja sempat coba ditawarkan kepada rekan2 pemilik Vario di HVC, agar perjalanan tidak terlalu was-was, namun sayang karena waktu yang kurang tepat, tidak ada yang berminat.


Perjalanan

Jam 01.30 pagi (Senin, 15 Oktober 2007), si Frozen blue (FB) mulai starting engine, tim keberangkatan terdiri dari 4 motor (riders) + 1 co-rider dan 1 mudikers yang beberapa jam sebelum keberangkatan minta ikut dalam rombongan. Sangat kebetulan sekali sang mudikers yang membawa anak dan istrinya menggunakan Vario pink menuju Klaten, bulan 4 tahun 2007, jadi ada komparasi juga antar Vario. 4 motor tim Jogja terdiri dari: 1 Vario, 2 Supra X 125 dan 1 Honda Tiger Revo modifikasi double front disc dan ban super lebar. Tim sempet dikawal oleh 2 riders HSX, yang kebetulan salah satunya adalah Ketua Umum HSX 125 Community sampai pitstop pertama di daerah Sukamandi. Keberangkatan selalu dengan kondisi jarum indikator bensin menunjukkan FULL TANK.

Awal keberangkatan (KM: 15.639 di odometer Vario) berjalan mulus dan lenggang mulai dari memasuki wilayah Kalimalang, Bekasi, Kerawang, Cikampek. Sampe di daerah antara Sukamandi – Pamanukan, kondisi indikator menunjukkan 1 level diatas garis merah, di Supra masih bertahan tegak di 3 garis, terlihat di odometer menunjukkan KM 15.725, ini berarti FB telah jalan sepanjang 86 KM, konvoi masuk ke salah satu pom bensin (jam 03.06) dan FB kembalil isi full tank Pertamax kurang lebih 2,4 ltr (Rp 15.000)

Selepas isi bensin dan pamitan dengan tim pengawal, konvoi dilanjutkan hingga pitstop untuk shalat subuh di daerah Eretan Indramayu (jam 04.35), KM baru menunjukkan angka 15,796, berarti baru 71 km dari pitstop Sukamandi. Setelah sholat dan istirahat beberapa menit, 05.15 Rombongan kembali berangkat, di Cirebon FB sempat nambah isi tangki 1,6 liter (Rp 10.000,-), mensejajarkan jarum full tank dengan si HSX yang mulai kehausan, sementara sang Tiger masih belum beranjak juga ke pompa pom bensin, indikator masih menunjukkan setengah tangki lebih Pertamax di dalam tangki tiger.

Di daerah Jalan Raya Kanci Cirebon, rombongan kembali pitstop untuk sarapan pagi (jam 07.10). Kilometer FB menunjukkan angka 15.888, berarti FB telah jalan sejauh 249 KM, lumayan, sejauh ini si FB belum menunjukkan kelelahan, ataupun masalah-masalah di seputaran mesin, roda, dll. Ternyata Vario cukup mumpuni juga untuk jarak jauh dan konsumsi bensin pun hanya sedikit lebih boros dibanding merk Honda lainnya, kemungkinan juga karena fuel tank (hanya 3,6 ltr) yang sedikit lebih kecil dari HSX dan Tiger.

Selepas sarapan, jam 07.45 rombongan kembali jalan, namun baru sekitar 30 menit (KM menunjukkan angka 15.910, jam 08.15), di seputaran Tanjung, Losari, salah satu motor dari rekan HSX mengalami masalah di komstir, dan perlu perbaikan agar motor aman untuk dikendarai lagi, setelah mencari beberapa tempat, akhirnya sang HSX masuk opname, namun perlu waktu yang cukup lama agar bisa kembali aman dikendarai. Di seputaran Losari FB sempat mampir di pom bensin dan kembali mengisi Pertamax sebanyak 2,4 ltr (Rp 15.000).
Selama proses opname HSX, si FB sempet muter2 di seputaran Losari, KM terakhir sebelum perjalanan kembali dilanjutkan dari Losari adalah 15.937, jadi kira2 KM terpakai selama muter2 kurang lebih 27 KM.
Jam 15.40 si HSX akhirnya kelar juga dari bangsal bengkel, ini artinya kurang lebih 8 jam perjalanan stag di Losari.
Jam 16.56 karena melihat pemandangan indah, rombongan terpaksa pitstop kembali di daerah Tonjong, beberapa kilometer sebelum Bumiayu, KM menunjukkan angka 15.988, selepas photo-photo perjalanan dilanjutkan, dan menjelang maghrib (17.20) rombongan kembali pitstop di pom bensin Bumiayu, KM di FB menunjukkan angka fantastic, pas di angka 16.000,-

Perjalanan kembali dilanjutkan (jam 18.30), dan di daerah Aji Barang, FB kembali harus masuk ke pom bensin, di SPBU Aji Barang FB meneguk Pertamax sebanyak 2,5 ltr (Rp 16.000,-), KM menunjukkan angka 16.037. Setelah perjalanan dilanjutkan, jam 20.50 rombongan kembali pitstop untuk makan malam, lokasi di daerah Rawakele, Gombong. Kilometer saat pitstop menunjukkan angka 16.084. Tepat jam 21.45 rombongan kembali melanjutkan perjalanan, dan tepat pukul 00.00, rombongan pitstop di SPBU Wates, kilometer tertera di angka 16.170, karena cukup lelah, akhirnya disepakati rombongan istirahat di pitstop SPBU Wates, dan kembali melanjutkan perjalanan esok paginya.

Jam 05. 25, setelah istirahat, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Jogja, dan jam 07.10, rombongan telah sampai di depan penginapan di Jalan Mas Suharto, Jogjakarta. KM menunjukkan angka 16.226.

Perbatasan Jogja - Jateng

Review keberangkatan

Jalur Pantura:
Jakarta – Kerawang – Cikampek – Pamanukan – Indramayu – Cirebon – Losari – Bumiayu – Purwokerto – Banyumas – Gombong – Kebumen – Purworejo – Wates – Jogja.

Kilometer:
560 Km + 27 Km (seputaran Losari) = 587 Km

Konsumsi bensin (Pertamax) – Liter:
JKT – Pitstop 1 (Sukamandi): 2,4 ltr Rp: 15.000,-
PS 1 – PS 2 (Cirebon): 2,4 ltr, Rp 15.000,-
PS 2 – PS 3 (Tanjung): 1,6 ltr, Rp 10.000,-
PS 3 – PS 4 (Aji barang): 2,4 ltr, Rp 15.000,-
PS 4 – Jogja: 2,5 ltr, Rp 16.000,-
TOTAL 11,3 ltr Rp 61.000,-

Lama Perjalanan
01.30 (JKT) – 04.35 (PS Eretan) : 3 jam 05 menit
05.15 (PS Eretan) – 07.10 (PS Kanci) : 1 jam 55 menit
07.45 (PS Kanci) – 08.15 (PS Tanjung) : 0 jam 30 menit
15.40 (PS Tanjung) – 17.20 (PS Bumiayu) : 1 jam 40 menit
18.30 (PS Bumiayu) – 20.50 (PS Gombong) : 2 jam 20 menit
21.45 (PS Gombong) – 00.00 (PS Wates) : 2 jam 45 menit
05.25 (PS Wates) – 07.10 (Jogja-Hotel) : 1 jam 45 menit
TOTAL : 10 jam 240 menit --> 14 jam

Ishoma, dll
PS Eretan 40 menit
PS Kanci 35 menit
PS Tanjung 445 menit (7 jam 25 menit)
PS Bumiayu 70 menit (1 jam 10 menit)
PS Gombong 55 menit
PS Wates 325 menit(5 jam 25 menit)
TOTAL 970 menit --> 16 jam 10 menit

Keliling Jogja bareng Vario


SELASA, 16 OKTOBER 2007
Bisa dibilang jadwal padat dari mulai kedatangan di kota Jogja sampe pulang kembali ke Jakarta. Hari pertama sampe di Jogja (Selasa, 16 Okt 2007) pagi hari diisi dengan istirahat + bersih-bersih,
Kira-kira agak siang, kamar 103 di Hotel Jambu Indah, Jl. Mas Suharto, satu blok dari Jl. Malioboro sempet disambangi oleh Bro Bonefille dari Javacom, ngobrol + tukar pikiran sebentar. Makasih bro atas kiriman getuk & bakpianya yang langsung ludes selepas satu langkah kaki bro Bonefille ngelewatin pintu hotel.
Siangnya Vario udah diajak “ngegrung” lagi, jam 14.00 tepat, Vario langsung ngacir menuju Pantai Parangtritis, yang dijangkau dalam waktu 45 menit, jarak dari hotel sampe ke Pangandaran tercatat di odometer 27 kilo meter. Parangtritis ga bisa nyajiin apa-apa, hanya pemandangan pantai biasa yang kayanya cukup kotor untuk ukuran pantai wisata, wisatawan pun dilarang berenang di sepanjang pantai, tapi dasar orang Indonesia, dah tahu dilarang, tapi tetep banyak yang ngelanggar, padahal dari siang sampe sore ombak pasang lumayan tinggi. Parkiran cukup aman, cukup bayar 1.000 rupiah di warung-warung pinggiran sepanjang ppintu masuk. Inilah uniknya Jogja, dari hotel sampe parkiran beberapa tempat yang dikunjungi si FB (Frozen Blue), tukang parkir/penjaga hotel slalu minta supaya motor jangan dikunci stang, kalo di Jakarta, wah dah raib tuh motor jadi makanan empuk pecuranmor alias pelaku curanmor.

Ada fenomena unik lainnya di Jogja, 99% pengendara motor berplat AB/AA dan sekitarnya selalu lalu lalang di jalan-jalan dengan hanya menggunakan satu spion, rata-rata spion kanan, ngga jelas apa alasannya, tapi kalo ditanya mereka slalu jawab “enak aja sih”, tapi penggunaan helm cetok / helm proyek di Jogja dilarang keras, dari info rekan SUMANTO (Supra Jogja, Bro Pungky red) kalo ketauan pake helm cetok dijalan, Polisi bakal langsung berhentiin dan ngambil helm nya + selembar surat tilang tentunya

Ok, kembali ke review wisata Jogja.
Selepas dari pantai Parangtritis (18.30), si FB istirahat sebentar sebelum akhirnya harus “ngayuh” lagi keliling Jogja buat nyari makanan pertama yang ada di otak, GUDEG, nih makanan dah diincer-incer dari kemaren malem, keliling-keliling sambil cari info gudeg enak di Jogja, ada yang kasih saran ke Gudeg Bu Sri, Gudeg Pawon*), Gudeg dll, akhirnya, setelah kelilin kota Jogja jam 22.00 baru bisa kesampean makan gudeg, itupun dapetnya di simpangan jalan, makan lesehan, diperempatan jalan kota Jogja serasa nikmat, ngga tau dech ini gudeg bener-bener nikmat atau emang lagi laper, selepas makan cukup bayar 7.000 rupiah berporsi nasi nambah, paha ayam lengkap sama cekernya, kerecek, tempe bacem, gudeg plus es jeruk.

*) Gudeg Pawon = gudeg dapur, artinya kita bisa langsung nyambi makannya di dapur, gudeg yang menurut bro Bonefille Javacom baru buka malam hari (jam 21.00 keatas), gudeg pawon ini menurut info juga merupakan tempat Sri Sultan biasa makan.

Selepas makan gudeg langsung nyari tempat tidur di kamar hotel, baru juga lelap tidur, kira-kira jam 24.00 bro bonefille nyambangan kamar hotel ngajak makan gudeg pawon, tapi sayang, apa daya perut udah full load plus kelopak mata yang ga mau diajak melek. Makasih bro atas tawarannya.

RABU, 17 OKTOBER 2007
10.00 pagi si FB langsung diajak ngacir lagi menuju Borobudur, KM sebelum brangkat tertera di angka 16.321, pitstop pertama (10.43) mampir ke rumah makan yang cukup nyaman & adem di seputaran Kenteng, 22 kilometer arah Barat Jogja, cukup makan sebakul nasi plus tongseng kering otak plus perut dah mulai nyambung, lihat KM menunjuk ke angka 16.343.
12.30 tiba di Borobudur, KM 16.384, ini berarti jarak hotel ke Borobudur -+ 63 KM, ditempuh -+ 2 jam melewati jalur Kenteng, jalan mulus, meliuk-liuk turunan-tanjakan, lumayan sepi.

Info wisata Borobudur: tiket HTM Rp 9.000,- lebih baik jika membawa topi, karena cuaca cukup panas di siang hari.

Lelah keliling candi yang panas, jam 15.00 FB kembali melaju menuju tujuan berikutnya ke Klaten, tiba di Klaten jam 16.40, Kilometer menunjukkan angka 16.450, artinya jarak Jogja-Borobudur hampir sama dengan jarak Borobudur-Klaten (66 KM). Pulang dari Klaten jam 19.00, sampai hotel jam 21.00, cukup waktu buat kembali keliling kota Jogja nyari target makanan berikutnya, Kopi Joss yang paling enak di Jogja ada di tongkrongan anak gaul Jogja di seputaran Kridosono, minum kopi sambil gelar tiker di trotoar jalan, diselingi nyanyian dari gitar seniman jogja, nikmat.

KAMIS, 18 OKTOBER 2007
Kamis pagi (08.00) FB harus masuk AHASS buat ganti oli + benerin dudukan spion yang patah waktu malem takbiran keliling baksos bareng rekan-rekan HVC Depok, mampir ke AHASS Galih Jaya di Jl. Parangtritis, AHASS lumayan besar, lengkap H1, H2 dan H3, ruang tunggu ada TV dan terbagi ruang AC dan non AC, -+ ada 5 line service, Cuma perlu waktu 30 menitan dudukan spion dah kelar dilas plus kelar ganti oli, total ngelas Rp 10.000,- + biaya perbaikan stang Rp 10.000,- dang anti olie Rp 23.000,-
Kelar dari opname di AHASS FB udah dihajar lagi menuju Prambanan, ngga ada yang cukup menarik untuk diceritain di Candi Prambanan yang terlihat rusak cukup parah karena bencana gempa yang belum lama ini terjadi di Jogja, kecuali tiket masuk yang hanya 8.000 rupiah plus jarak ke Prambanan yang hanya beberapa belas kilometer dan dapat ditempuh cuma dengan waktu 30 menit dari pusat kota Jogja.

Selepas dari Prambanan, gas FB kembali dibejek menuju Kraton Jogja, hunting stiker + pin kraton. Jam 12 tiba di kraton, cukup ngerogoh kantong 3.000 perak buat bisa wasata keliling kraton sambil hunting stiker & pin.

Cape’ muter-muter kraton, perjalanan dilanjutkan buat hunting oleh-oleh orang rumah di Pasar Bringharjo, Malioboro, ini atas rekomendasi dari beberapa temen yang bilang harga di pasar ini relatif lebih murah dari barang-barang yang dijual di tempat lain.
Selepas muter-muter pasar, nongkrong sebentar di Malioboro, ternyata di segitu banyak orang ada juga yang kita kenal, lagi asyik nelusurin Malioboro, tau-tau kaget ngeliat ada kaos HVC Chapter Depok (yang belakangnya Absolut tanpa “e” Brotherhood) dipake, pas ditegor ternyata Bro Defi yang lagi mudik ke Jogja bareng keluarga. Ngobrol-ngobrol sedikit sambil cari-cari barang “aneh” di dalem pasar, akhirnya Bro Defi harus pamit menuju Kaliurang.

Malem terakhir di Jogja tetep berupaya hunting makanan khas Jogja, pas lagi muter-muter cari “Oseng-oseng Mercon” di perempatan Jl. Martadinata sempet ketemuan sama beberapa rekan-rekan dari Honda Supra Jakarta yang baru balik dari Surabaya. Dan akhirnya kesampean juga makan oseng-oseng mercon, walaupun satu piring kecil ga abis, asli pedesssssss. Sambil nahan rasa cabe di mulut, plus perut yang belum kenyang, hunting kembali dilakukan menuju Jl. Pathuk, tempat banyak berderet toko makanan oleh-oleh khas Jogja. Malemnya, kembali cuci mata nyambangin Malioboro.


Perjalanan Jogja – Jakarta (jalur Selatan)

4 hari di Jogja terasa cukup. Jumat pagi, 06.00 WIB, FB mulai meninggalkan Jogja, KM awal keberangkatan pulang menunjukkan angka 16.603, ini artinya selama di Jogja, FB muter-muter sebanyak 377 KM.

Di SPBU Candi Mas Sedayu, Jogja, di indikator bensin baru turun 2 titik, sesuai kesepakatan, sebelum perjalanan kondisi mesti full-tank, akhirnya tangki FB diisi Pertamax sebanyak 1,985 liter, seharga Rp 12.803,-. Setelah semua full-tank, perjalanan dimulai. Menuju pitstop pertama, 3 jam perjalanan dilalui, tepat jam 09.00, di daerah Banyumas, konvoi terasa laper buat nyicipin sate bebek yang warungnya berderet sepanjang Jl. Raya Tambak.

Setelah istirahat & cek kendaraan, jam10.10 perjalanan kembali dilanjutkan, ditengah-tengah perjalanan, sempet mampir ke SPBU Buntu, untuk kembali mem-full-tank-kan tangki FB, dan menguras tangki pengendaranya akibat sate bebek, kurang lebih stengah jam.

Jam 12.45, konvoi kembali istirahat di daerah Majenang, kurang lebih 26 KM dari Banjar, KM menunjukkan angka 16.830, setelah isoma dan fisik terasa mumpuni, jam 14.15 perjalanan dilanjutkan kembali.
Sampai di perbatasan Banjar – Ciamis, konvoi pitstop kembali di SPBU yang cukup besar, yang memang sudah biasa disambangi konvoi jika touring melewati jalur ini. Namun sayang stock Pertamax di SPBU ini habis, terpaksa FB diisi dengan Premium sebanyak 2,2 liter (Rp 10.000). Jam menunjukkan pukul 15.16. Selesai re-fill bensin, konvoi langsung berangkat kembali. Di tengah perjalanan menuju Tasik, gerimis sedikit mengganggu perjalanan, akhirnya jam 16.40 konvoi kembali pitstop di perempatan lampu merah menuju Tasik, sebelum by-pass Rajapolah. KM menunjukkan angka 16.906.

Jam 17.05 perjalanan dilanjutkan kembali menuju Nagreg Garut, beberapa kilometer sebelum Nagrek, hujan mulai turun agak deras, konvoi terpaksa kembali pitstop sekaligus isoma di SPBU Nagrek, KM jatuh diangka 16.949, jarum jam menunjukkan angka 18.10. Sayang di SPBU ini Pertamax kembali kosong, dan FB terpaksa minum Premium lagi, kali ini sebanyak 1,7 liter atau seharga Rp 7.700 rupiah.
Selepas isoma dan hujan agak reda, jam 19.30, perjalanan dilanjutkan kembali. Konvoi sempat pitstop beberapa menit di daerah Soekarno-Hatta Bandung, sebelum akhirnya kembali pitstop di Padalarang jam 22.00. Dengan kondisi fisik yang cukup lelah dan ngantuk jam 23.15 konvoi kembali berangkat melewati jalur Puncak, dari rencana awal melewati Jalur Jonggol. Di Cianjur FB sempat mem-full-tank-kan kembali tangkinya dengan Pertamax sebanyak 2,146 liter (Rp 13.413). Di Jalur puncak FB sempet berpapasan dengan konvoi Vario, yang belakangan diketahui adalah HVC Bekasi, namun sayang ga sempet saling sapa karena kondisi yang agak gelap.

Dikarenakan kondisi fisik yang cukup lelah dan ngantuk, konvoi terpaksa istirahat di Puncak tepat jam 00.30 dinihari. Pasukan langsung terlelap tidur. Dan Sabtu, 20 Oktober 2007, jam 07.00 pagi perjalanan menuju Jakarta dilanjutkan. 08.15 FB sampai di depan pager rumah di bilangan Cibubur. KM akhir menunjukkan angka 17.150


Review perjalanan pulang


Jalur Selatan:
Jogja – Wates – Purworejo – Kebumen – Gombong – Banyumas – Wangon – Majenang – Banjar – Ciamis – Tasik – Nagrek Garut – Soekarno Hatta Bandung – Cimahi – Padalarang – Cianjur – Cipanas – Puncak – Bogor – Jl. Raya Bogor.

Kilometer:
547 Km

Konsumsi bensin (Pertamax/Premium) – Liter:
Jogja – Pitstop 1 (Banyumas): 1,9 ltr Rp 12.800,-
PS 1 – PS 2 (Majenang): 2,7 ltr, Rp 17.500,-
PS 2 – PS 3 (Ciamis): 2,2 ltr, Rp 10.000,- (Premium)
PS 3 – PS 4 (Nagreg): 1,7 ltr, Rp 7.700,- (Premium)
PS 4 – Cianjur: 2,1 ltr, Rp 13.400,-
TOTAL 10,6 ltr --> Rp 61.400,-

Lama Perjalanan
06.00 (Jogja) – 09.00 (PS Banyumas) : 3 jam 00 menit
10.10 (PS Banyumas) – 12.45 (PS Majenang) : 2 jam 35 menit
14.15 (PS Majenang) – 16.40 (PS Tasik) : 2 jam 25 menit
17.05 (PS Tasik) – 18.10 (PS Nagrek) : 1 jam 05 menit
19.30 (PS Nagrek) – 22.00 (PS Padalarang) : 2 jam 30 menit
23.15 (PS Padalarang) – 00.30 (PS Puncak) : 1 jam 15 menit
07.00 (PS Puncak) – 08.15 (Jogja-Hotel) : 1 jam 15 menit
TOTAL : 12 jam 125 menit --> 14 jam 5 menit

Ishoma, dll
PS Banyumas 70 menit (1 jam 10 menit)
PS Majenang 90 menit (1 jam 30 menit)
PS Tasik 25 menit
PS Nagrek 80 menit (1 jam 20 menit)
PS Padalarang 75 menit (1 jam 15 menit)
PS Puncak 390 menit (6 jam 30 menit)
TOTAL 730 menit --> 12 jam 10 menit


Review keseluruhan perjalanan


Keberangkatan melewati jalur Pantura, pada saat perjalanan (H + 2 dari Lebaran) jalanan cukup lenggang, namun hal ini perlu diwaspadai karena jalurnya cenderung lurus, kadang membuat terlena (ngantuk) dengan kondisi jalan seperti ini.

Bila jalur dari Losari menuju Jogja melewati daerah Bumiayu – Purwokerto, waspadai hembusan angin dari arah kanan, karena sepanjang jalur hanya persawahan, ditambah lagi ketinggian tanah yang cukup tinggi, sehingga angin cenderung sangat kencang dari arah timur. Bila kendaraan dilengkapi dengan box, handling akan sangat berpengaruh.

Bila pulang melalui jalur selatan, jalan cenderung berliku, kondisi motor, terutama ban harus prima, di wilayah Nagreg, karena pengaspalan ulang baru dilakukan, waspadai kerikil di setiap tikungan.

Waspadai bus AKAP ataupun truk.

Usahakan tidak terpancing emosi dalam berkonvoi, saliplah kendaraan di depan bila memungkinkan, jangan memaksakan mengikuti salipan motor/teman konvoi di depan kita.

Usahan perjalanan konvoi maksimal 3 jam, setelah berjalan 3 jam usahan harus istirahatkan tenaga, mata, tangan, punggung dan kaki, minimal 30 menit / 1 jam.


Perbandingan waktu, jarak tempuh pergi dan Pulang

- Jarak JKT – Jogja via Pantura/Bumiayu = 560 KM
- Jarak Jogja – JKT via Jalur Selatan = 547 KM

Perbedaan jarak tempuh -+ 13 KM, ini berarti Jalur Selatan lebih dekat sekitar 13 kilometer, atau dapat diambil kesimpulan jarak rata-rata JKT – Jogja atau sebaliknya berkisar 550 KM (plus minus).

- Waktu tempuh JKT – Jogja via Pantura/Bumiayu = 14 jam
- Waktu tempuh Jogja – JKT via Jalur Selatan = 14 jam 5 menit

Perbedaan waktu tempuh hanya sekitar 5 menit, dapat disimpulkan bahwa JKT – Jogja atau sebaliknya dapat ditempuh rata-rata dalam waktu 14 jam minus istirahat.

Dari data antara jarak dan waktu tempuh di atas, secara umum dapat kita simpulkan bahwa:
JKT – Jogja atau sebaliknya sepanjang 550 KM, Dapat ditempuh dalam waktu 14 jam, artinya kecepatan rata-rata = 550/14 jam = -+ 39,3 ---> 40 KM/JAM

- Konsumsi bensin JKT – Jogja = 11,3 ltr (Pertamax), Rp 61.000,-
- Konsumsi bensin Jogja – JKT = 10,6 ltr (Pertamax & Premium), Rp 61.400,-

Dari data perbandingan konsumsi bensin di atas dapat saya referensikan bahwa kita butuh uang sebanyak Rp 125.000 hanya untuk bensin dari JKT – Jogja PP, bila kita isi dengan Pertamax, untuk pengisian dengan Premium, hitungan diatas dapat dikonversikan.

Secara keseluruhan, dari sisi finansial dapat saya referensikan hal-hal sbb:
1. Biaya bensin PP : Rp 125.000,-
2. Biaya makan perjalanan PP : Rp 250.000,- (6x pitstop, perpitstop sy asumsikan Rp 15.000 = Rp 90.000,- x 2 = 180.000,- + uang rokok)

Jumlah biaya bensin + makan PP (fixed cost) = Rp 125.000,- + Rp 250.000 = Rp 375.000,-

3. Biaya penginapan : Rp 100.000,- / malam,- (average)
4. Wisata + Parkir : Rp 25.000,-
5. Dolan-dolan + makan : Rp 25.000,- / hari, dah bisa bikin perut kenyang
6. Bensin selama di Jogja : Rp 10.000,- / hari

Kesimpulan:
Biaya kira-kira untuk wisata satu hari satu malam di Jogja dari Jakarta dengan Vario adalah:
Rp 375.000,- (Fixed cost) + Rp 160.000,- (Variable cost) = Rp 535.000,-

Jika wisata lebih dari satu hari, Variable cost dari data diatas dapat dikalikan dengan lamanya stay.


Referensi wisata, kuliner, cinderamata & hotel


Wisata jogja, jangan lupa cicipin gudeg khas Jogja, oseng-oseng mercon (kikil yang dikasih bumbu sambel, pedes abis), kopi joss (hidangan kopi yang diseduh pake areng). Untuk oleh-oleh cinderamata, jangan ke tempat lain kecuali ke pasar Bringharjo. Untuk makanan cukup bawain orang rumah bakpia, banding presto, gethuk, dll, bisa ke pabrik nya langsung atau cukup datang ke daerah Pathuk di Jl. AIP II KS Tubun, coba yang No. 75 atau 83, menurut referensi sih paling enak dan murah.

Tempat wisata yang wajib dikunjungi: Candi Borobudur, Ketep (Puncaknya Jogja), Kaliurang, Prambanan, Pantai Parangtritis, Kraton Siti Hinggil + Masangin (2 pohon beringin besar yang sejajar, alun-alun selatan kraton, dipercayai bila kita mampu jalan lurus di tengah-tengah kedua pohon, maka hati kita bersih, tapi kebanyakan yang mencoba kadang belok kanan/kiri kadang muter-muter dll). Jl.Malioboro di malam hari, dll.

Untuk penginapan standar, murah, bersih untuk rombongan bisa cari di seputaran Jl. Mataram, Jl. Bridgen Katamso, Jl. Parangtritis, Pasar Kembang. Harga mulai 80 ribuan.

Baca selanjutnya »»